HARIAN TEMPO Polemik adanya pungutan berbentuk karcis setoran uang keamanan pasar, muncul ancaman demonstrasi yang menilai sebagai pungutan liar.

Dihimpun, Nilai yang tercantum dalam karcis yang ditandatangani oleh kepala pasar sentral Bantaeng, Ilham Nurmin bernilai 5.000 Rupiah per satu Minggu (RP.714 perhari)

Terkait dengan hal ini, Tim media yang tergabung dalam AWARD (Aliansi Wartawan Demokratis) memantau aktivitas dan mengambil keterangan para pelaku pasar (penjual) secara acak mulai dari penjual sayur, penjual ikan, penjual bahan sembako/barang campuran, pecah belah, penjual pakaian hingga tukang jahit. Pasar sentral Bantaeng, Senin, 2 Juni 2025.

Lallo, salah seorang penjual barang campuran mengatakan sepakat dengan setoran 5.000 rupiah perminggu yang dinilainya sangat wajar.

“Kalau kami, sepakat pak’, saya satu los dua orang, dua duanya mau bayar, apalagi berdasarkan keamanan pasar”, Kata Dia sambil menambahkan bahwa dirinya tidak merasa kwatir lagi terhadap barang-barang jualannya.

“Ini tercatat resmi dari kepala pasar, Tentu kalau terjadi apa-apa kita akan menagih janji keamanan terhadap beliau “, Sambungnya.

Tanggapan lain dari penjual sembako, H.Sahir, didampingi istrinya menanggapi setuju dengan 5.000 rupiah perminggu.

“Cuma 5.000 pak, Bagi kami pribadi sangat ringan apalagi kita tidak perlu lagi kontrol sendiri jualan kami utamanya saat tutup pasar di malam hari, dan kita sudah tidak capek capek lagi angkat barang, Kata H.Sahir.

“Elele pak, Rak’rami tinroa (Sudah nyenyak tidur.Red), Ucap Istri H Sahir dengan alasan telah ada yang mau bertanggungjawab atas keamanan dalam kontrol kepala pasar dan teman-temannya.

Salah seorang penjual ikan yang didampingi beberapa temannya, membenarkan bahwa kalau saat malam hari pak gajah (panggilan akrab Ilham Nurmin kepala pasar sentral Bantaeng ditemani oleh beberapa temannya.

“Setau saya ada 8 orang, kasihan juga, wajarlah, kalau seandainya bisa tidak perlu ada karcis, kita ikhlas memberi pembeli kopi dan rokok untuk patroli malam’, Ucap Daeng ucci.

Sembari memperlihatkan ikan besar miliknya yang konon katanya berharga lebih dari 100 ribu rupiah/ekor sangat mensyukuri adanya biaya keamanan pasar.

“Coba bayangkan kalau 1 ekor saja ikan saya hilang, kalau saya pribadi biar 10.000 permalam mauJa (saya mau red.). Apalagi cuma 5000 rupiah perminggu, Tidak cukup harga 1 batang rokok Surya sambil memperlihatkan rokoknya.

Terkait dengan adanya rencana aksi dari Aliansi Masyarakat Berfikir kab.Bantaeng yang memprotes beredarnya karcis uang keamanan dari kepala pasar, Serta meminta untuk mencopot Kepala pasar, Ditanggapi aneh oleh khususnya penjual ikan.

Dengan kompak menanyakan siapa yang diperjuangkan sementara pihaknya mengakui iklas terhadap setoran itu.

“Kalau mauji mereka jagai pasarka tidak apa apaji, tapi kalau terjadi pencurian suruhki bertanggung jawab”, Ucapnya serentak. Sembari mengatakan akan turun melawan dan menanyakan siapa yang mereka perjuangkan jika ada aksi demo.

Menurutnya, hampir 100 persen penjual ikan setuju dengan uang keamanan.

“Na Tauji itu maua demo uang keamanan, Na Jagai barang baranga ri pasaraka’, Ucapnya dalam dialek Makassar, (apakah mereka tahu uang keamanan, itu berarti punya tanggung jawab menjaga barang jualan di pasar saat malam hari, Kami tidak angkat lagi ke rumah saat ini, ditinggal saja dalam gardus dan peti dipasar., kami sering kecurian sebelumnya, jadi kami bersyukur sekarang ini dengan adanya penjagaan pasar 24 jam.”, Terangnya.

“Kalau tidak percaya datang Maki, Bahkan siapa saja yang datang masuk dipasar pada malam hari itu ditanyai dan diikuti oleh keamanan pasar”, Tambahnya.

Sementara baik penjual pakain maupun penjahit, tidak mempermasalahkan adanya pungutan uang keamanan.

“Yang penting aman pak’, dari dulu duluji ada begini beginian, Kenapa baru sekarang dipertanyakan pak (balik bertanya pada tim media), kata penjual pakaian yang tidak mau disebutkan namanya.

Ditempat terpisah, Ilham Nurmin, (Kepala Pasar Sentral Bantaeng) mengatakan jika ini dinilai sebagai pungutan liar, kami kembalikan.

“Dan saya telah kembalikan, Kalau ada yang merasa saya paksa para penjual, kita tanyakan 1 persatu penjual pak”, Singkatnya.(*)

REDAKSI: Ryawan.